Bait 8-9. Pengertian Kalam, Kalim, Qaul dan Kalimat
KALAM
Definisi Kalam menurut Istilah Ulama Nahwu adalah Sebutan untuk Lafadz yang memberi pengertian satu faedah yaitu baiknya diam. Sehingga yang berkata dan yang mendengar mengerti tanpa timbul keiskalan.
- Lafadz adalah nama jenis yang mencakup Kalam, Kalim, atau Kalimat, termasuk yang Muhmal (tidak biasa dipakai) ataupun yang Musta’mal (biasa dipakai) contoh perkataan Muhmal: دَيْزٌ Daizun, tidak mempunyai arti. Contoh perkataan Musta’mal عَمْرٌو ‘Amrun, ‘Amr nama orang.
- Mufid (yang memberi pengertian) untuk mengeluarkan Lafdz yang Muhmal, atau hanya satu Kalimat, atau Kalim yang tersusun dari tiga kalimat atau lebih tapi tidak memberi pengertian faedah baiknya diam, seperti Lafadz: اِنْ قَامَ زَيْدٌ Apabila Zaid berdiri.
Susunan Kalam pada dasarnya Cuma ada dua: 1. ISIM + ISIM, 2. FI’IL + ISIM. Contoh pertama: زيد قائم Zaid orang yg berdiri. Contoh kedua قام زيد Zaid telah berdiri. Sebagaimana contoh Kalam yang disebutkan oleh Mushannif pada baris baitnya, yaitu lafadz استقم ISTAQIM!
Artinya: berdirilah! Pada lafadz ini terdiri dari Fiil ‘Amar dan Isim
Fa’il berupa Dhomir Mustatir (kata ganti yang disimpan) FI’IL + ISIM
takdirnya adalah استقم أنت
ISTAQIM ANTA, artinya: berdirilah kamu! maka contoh ini memenuhi
criteria untuk disebut Kalam yaitu lafadz yang memberi pengertian suatu
faidah. Sepertinya Mushannif mendefinisikan kalam pada bait syairnya
sebagai berikut: Kalam adalah Lafadz yang memberi pengertian suatu
faidah seperti faidahnya lafadz استقم.
KALIM
Adalah nama jenis yang setiap satu
bagiannya disebut kalimat, yaitu: Isim, Fi’il dan Huruf. Jika Kalimat
itu menunjukkan suatu arti pada dirinya sendiri tanpa terikat waktu,
maka Kalimat tsb dinamakan KALIMAT ISIM. Jika Kalimat itu menunjukkan
suatu arti pada dirinya sendiri dengan menyertai waktu, maka Kalimat tsb
dinamakan KALIMAT FIIL. Jika Kalimat itu tidak menunjukkan suatu arti
pada dirinya sendiri, melainkan kepada yang lainnya, maka Kalimat tsb
dinamakan KALIMAT HURUF. Walhasil Kalim dalam Ilmu Nahwu adalah susunan
dari tiga kalimat tsb atau lebih, baik berfaidah ataupun tidak misal: إن قام زيد jika Zaid telah berdiri.
KALIMAT
Adalah lafadz yang mempunyai satu makna
tunggal yang biasa dipakai. Keluar dari definisi Kalimat adalah lafadz
yang tidak biasa dipakai semisal دَيْزٌ Daizun. Juga keluar dari definisi Kalimat yaitu lafadz yang biasa dipakai tapi tidak menunjukkan satu makna, semisal Kalam.
QAUL
Adalah mengumumi semua, maksudnya
termasuk Qaul adalah Kalam, Kalim juga Kalimat. Ada sebagian ulama
berpendapat bahwa asal mula pemakaian Qaul untuk Lafadz yang mufrad
(tunggal).
Selanjutnya Mushannif menerangkan bahwa menyebut Kalimat terkadang yang dimaksudkan adalah kalam. Seperti lafadz لا إله إلا الله Orang Arab menyebut Kalimat Ikhlash atau Kalimat Tahlil.
Sebutan Kalam dan Kalim, terkadang
keduanya singkron saling mencocoki satu sama lain, dan terkadang tidak.
Contoh yang mencocoki keduanya: قد قام زيد
Zaid benar-benar telah berdiri. contoh tersebut dinamakan Kalam karena
memberi pengertian, mempunyai faidah baiknya diam. Dan juga dinamakan
Kalim karena tersusun dari ketiga personil Kalimat. Contoh hanya disebut
Kalim: إن قام زيد Apabila Zaid berdiri. Dan contoh hanya disebut Kalam: زيد قائم Zaid orang yang berdiri.
Referensi: Kitab Syarah Ibnu Aqil
Bait 10. Tanda Kalimat Isim: Jar, Tanwin, Nida’, Al, Musnad
بِالجَرِّ وَالتّنْوِيْنِ وَالنِّدَا وَاَلْ ¤ وَمُسْنَدٍ لِلإسْمِ تَمْيِيْزٌ حَصَلْ
Dengan sebab Jar, Tanwin, Nida’, Al, dan Musnad, tanda pembeda untuk Kalimat Isim menjadi berhasil.
Pada Bait ini, Mushannif menyebutkan
tentang Tanda-tanda Kalimat Isim (Kata Benda). Sebagai ciri-cirinya
untuk membedakan dengan Kalimat yang lain (Kalimat Fi’il/Kata Kerja dan
Kalimat Huruf/Kata Tugas). Diantaranya adalah: Jar, Tanwin, Nida’, Al (Alif dan Lam) dan Musnad.
Jarr جر
Tanda Kalimat Isim yang pertama adalah Jar, mencakup: Jar sebab Harf, Jar sebab Idhafah dan Jar sebab Tabi’. Contoh:
مَرَرْتُ بغُلاَمِ زَيْدٍ الفَاضِلِ
Aku berjumpa dengan Anak Lelakinya Zaid yang baik itu.
Lafadz غلام dikatakan Jar sebab Harf (dijarkan oleh Kalimah Huruf), Lafadz زيد dikatakan Jar sebab Idhafah (menjadi Mudhaf Ilaih), dan Lafadz الفاضل
dikatakan Jar sebab Tabi’ (menjadi Na’at/Sifat). Hal ini menunjukkan
bahwa perkataan Mushannif lebih mencakup dari Qaul lain yang mengatakan
bahwa tanda Kalimat Isim sebab Huruf Jarr, karena ini tidak mengarah
kepada pengertian Jar sebab Idhafah dan Jar sebab Tabi’.
Tanwin تنوين
Tanda Kalimat Isim yang kedua
adalah Tanwin. Tanwin adalah masdar dari Lafadz Nawwana yang artinya
memberi Nun secara bunyinya bukan tulisannya. Sebagai tanda baca yang
biasanya ditulis dobel ( اً-اٍ-اٌ ). Di dalam Ilmu Nahwu, Tanwin terbagi
empat macam:
- Tanwin Tamkin: yaitu Tanwin standar yang pantas disematkan kepada Kalimat-kalimat Isim yang Mu’rab selain Jamak Mu’annats Salim dan Isim yang seperti lafadz جوار dan غواش (ada pembagian khusus). Contoh: زيد dan رجل di dalam contoh:
جَاءَ زَيْدٌ هُوَ رَجُلٌ
Zaid telah datang dia seorang laki-laki
- Tanwin Tankir: yaitu Tanwin penakirah yang pantas disematkan kepada Kalimat-kalimat Isim Mabni sebagai pembeda antara Ma’rifahnya dan Nakirahnya. Seperti Sibawaeh sang Imam Nahwu (yang Makrifah) dengan Sibawaeh yang lain (yang Nakirah). Contoh:
مَرَرْتُ بِسِبَوَيْهِ وَبِسِبَوَيْهٍ آخَرَ
Aku telah berjumpa dengan Sibawaeh (yang Imam Nahwu) dan Sibawaeh yang lain.
- Tanwin Muqabalah: yaitu Tanwin hadapan yang pantas disematkan kepada Isim Jamak Mu’annats Salim (Jamak Salim untuk perempuan). Karena statusnya sebagai hadapan Nun dari Jamak Mudzakkar Salimnya (Jamak Salim untuk laki-laki). Contoh:
أفْلَحَ مُسْلِمُوْنَ وَمُسْلِمَاتٌ
Muslimin dan Muslimat telah beruntung.
- Tanwin ‘Iwadh: atau Tanwin Pengganti, ada tiga macam:
◊ Tanwin Pengganti Jumlah: yaitu Tanwin yang pantas disematkan kepada Lafadz إذ sebagai pengganti dari Jumlah sesudahnya. Contoh Firman Allah:
وَأنْتُمْ حِيْنَئِذٍ تَنْظًرُوْنَ
Kalian ketika itu sedang melihat.
Maksudnya ketika nyawa sampai di kerongkongan. Jumlah kalimat ini dihilangkan dengan mendatangkan Tanwin sebagai penggantinya.
◊ Tanwin Pengganti Kalimah Isim: yaitu Tanwin yang pantas disematkan kepada Lafadz كل sebagai pengganti dari Mudhaf Ilaihnya. Contoh:
كَلٌّ قَائِمٌ
Semua dapat berdiri.
Maksudnya Semua manusia dapat berdiri. Kata manusia sebagai Mudhaf Iliahnya dihilangkan dan didatangkanlah Tanwin sebagai penggantinya.
◊ Tanwin Pengganti Huruf:
yaitu Tanwin yang pantas disematkan kepada lafadz جوار dan غواش dan
lain-lain sejenisnya, pada keadaan I’rab Rafa’ dan Jarrnya. Contoh:
هَؤُلاَءِ جَوَارٍ. وَمَرَرْتُ بِجَوَارٍ
Mereka itu anak-anak muda. Aku berjumpa dengan anak-anak muda.
Pada kedua lafadz جوار asal bentuknya جواري kemudian Huruf Ya’ nya dibuang didatangkanlah Tanwin sebagai penggantinya.
Pembagian macam-macam Tanwin yang telah
disebutkan di atas, merupakan Tanwin yang khusus untuk tanda Kalimat
Isim. Itulah yang dmaksudkan dari kata Tanwin dalam Bait tsb, yaitu
Tanwin Tamkin, Tanwin Tankir, Tanwin Muqabalah dan Tanwin ‘Iwadh.
Adapun Tanwin Tarannum/Taronnum dan
Tanwin Ghali, yaitu Tanwin yang pantas disematkan kepada Qofiyah atau
kesamaan bunyi huruf akhir dalam bait-bait syair Bahasa Arab. Tidak
dikhususkan untuk Kalimat Isim saja, tapi bisa digunakan untuk Kalimat
Fi’il dan juga untuk Kalimat Harf.
Nida’ نداء
Tanda Kalimat Isim yang ketiga adalah
Nida’. Yaitu memanggil dengan menggunakan salah satu kata panggil atau
Huruf Nida’ berupa يا dan saudara-saudaranya. Huruf Nida dikhususkan
kepada Kalimat Isim karena Kalimat yang jatuh sesudah Huruf Nida’
(Munada) statusnya sebagai Maf’ul Bih. Sedangkan Maf’ul Bih hanya
terjadi kepada Kalimat Isim saja. Contoh:
يَا رَسُوْلَ اللهِ
Wahai Utusan Allah.
Tanda Kalimat Isim yang keempat berupa AL أل atau Alif dan Lam. Yaitu AL yang fungsinya untuk mema’rifatkan dan AL Zaidah. Contoh:AL أل
رَجَعَ الرَجُلُ مِنَ المَكَّةَ
Orang laki-laki itu telah pulang dari kota Mekkah.
AL pada Lafadz الرَجُلُ dinamakan AL
Ma’rifat, sedang AL pada Lafadz المَكَّةَ dinamakan AL Zaidah. Sedangkan
AL yang selain disebut di atas, tidak khusus masuk kepada Kalimat Isim.
seperti AL Isim Maushul yang bisa masuk kepada Kalimat Fi’il Mudhori’,
dan AL Huruf Istifham yang bisa masuk kepada Fi’il Madhi.
Tanda Kalimat Isim yang kelima adalah Musnad. Artinya yang disandar atau menurut Istilah yang dihukumi dengan suatu hukum. Contoh:Musnad مسند
قَاَمَ زَيْدٌ وَ زَيْدٌ قَائِمٌ
Zaid telah berdiri dan Zaid adalah orang yang berdiri.
Kedua Lafadz زيد pada
contoh di atas merupakan Musnad atau yang dihukumi dengan suatu hukum,
yaitu hukum berdiri. Hukum berdiri pada lafadz Zaid yang pertama adalah
Kata Kerja dam Hukum berdiri untuk Lafadz Zaid yang kedua adalah
Khabar.
By http://nahwusharaf.wordpress.com/
Semoga Postingan Ini Bermanfaat😇
Posting Komentar
Posting Komentar